Sabtu, 14 Agustus 2010

Tajdid dan Rekonstruksi Teologis

TAJDID DAN REKONSTRUKSI PEMIKIRAN TEOLOGI DALAM MUHAMMADIYAH

Fauzan Saleh

Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah ke-46
Universitas Muhammadiyah Malang
21 – 22 November 2009

Outline
• Latar belakang sejarah
– Potret Islam di Indonesia pra-kelahiran Gerakan Pembaruan
– Menghadapi sinkretisme
• Upaya-upaya revitalisasi dan tajdid dalam wacana teologis
– Surat al-Ma’un
– Rumusan dalam “Kitab al-Iman,” Himpunan Putusan Tarjih.
– Purifikasi KH Mas Mansur
– Memahami doktrin Qada’ dan Qadar: H.A. Malik Ahmad, Hamka, Abd Rahim Nur
– Tauhid Sosial, M. Amien Rais.
• Tantangan masa kini dan yang akan datang

Landasan historis
• Islam masuk ke Indonesia sudah sangat terlambat jika dibandingkan dengan penyebaran Islam di negara-negara Timur Tengah/Afrika Utara.
• Islam masuk ke Indonesia juga bukan dengan kekuatan militer tetapi melalui jalur perdagangan.
• Hal ini membawa konsekwensi tersendiri pada bentuk perkembangan Islam di Tanah Air, yaitu Islam yang cenderung sinkretis.

Bukti-bukti keterlambatan…
• Pada saat Islam mulai berkembang di Arabia (abad ke 7-8), di Jawa orang masih sibuk dengan proyek kolosal pembangunan Candi Borobudur.
• Sriwijaya sebagai kerajaan Budha terbesar di Nusantara mengalami masa kejayaannya bersamaan dengan masa keemasan Dinasti Abbasiyah di Baghdad, abad 10-11.
• Majapahit, sebagai kerajaan Hindu terbesar di Jawa, dibangun sekitar setengah abad setelah keruntuhan Baghdad, 1258.

Realitas sosial-budaya
• Scratch a Muslim Javanese and you find a Hindu, scracth a Hindu and you find a pagan (James L. Peacock).
• Islam was a thin veneer of symbols attached to a solid core of animistic and/or Hindu-Buddhist meaning (Mark Woodward).
• Together with Hinduism, Islam is only “a thin, easily flaking glaze on the massive body of indigenous civilization” (van Leur).

Sikap penguasa kolonial
• …the Dutch educational system was overtly anti-Islam. Students in Dutch language schools were discouraged, if not actually prohibited, from acquiring more than a minimum understanding of Islam. They were taught that the “authentic” Indonesian culture was that of the pre-Islamic past, and that traditional Islamic learning was … “medieval rubbish which Islam has been dragging along in its wake for too long.”

Islam sinkretis
• Penilaian para pengamat Barat di atas tunjukkan bahwa Islam belum mampu mentransformasikan kehidupan masyarakat di Jawa secara kaffah, karena banyaknya tradisi Hindu-Buda dan Animisme yang dipertahankan dalam kehidupan sosial-budaya masyarakat hingga dewasa ini, dengan berbagai alasan.

Alasan sinkretisme?
• Nasehat Ki Jurumartani, pinisepuh dan penasehat spiritual Panembahan Senopati ketika anak bengal itu naik tahta Mataram:
– Berkat kerja keras para Wali, Islam sudah menjadi kekuatan nyata yang jauh melampaui kekuatanmu.
– Kalau engkau memusuhi dan memeranginya, engkau tak mungkin mengunggulinya. Satu-satunya jalan adalah merangkulnya dengan dan dalam batas-batas (tertentu).
• Beri orang Islam itu lauk pauk yang memuaskan lidah mereka, sambil diam-diam kurangi nasinya sedikit demi sedikit.
• Kenakan pakaian Islam tertentu sehingga mereka terkesima, sementara sepuhan batin di balik pakaian itu yang selama ini bersumber dari para Wali, gantikan dengan dongeng baru yang menakjubkan namun sekaligus juga harus bisa membuat mereka keder. Umpamanya tuturkan kepada mereka percintaan[mu] dengan Nyi Roro Kidul….
(Seperti dikutip Emha Ainun Nadjib, 1995).

Namun, di sisi lain…
• The Islamization of Indonesia is still in progress, not only in the sense that Islam is still spreading among pagan tribes, but also in that people who went over to Islam centuries ago were living up more and more to the standard of Muslim orthodoxy.
(G.W.J. Drewes).
Ekspansi kultur santri
• Harry J. Benda (1958): sejarah Islam di Indonesia adalah sejarah ekspansi kultural kaum santri dan dampaknya terhadap kehidupan keagamaan dan politik bangsa Indonesia.
• Federspiel (1970): Over the past 400 years, Islam in Indonesia has slowly been moving toward a more orthodox form of religion, while its heterodox beliefs and practices have declined over the same period of time.



Cak Nur – AR Fachruddin
• Dalam suatu forum, Pak AR pernah mengeluh kepada Cak Nur, bagaimana Muhammadiyah bisa bangkit bersemangat dalam situasi saat itu (di bawah kekuassan represif Orde Baru).
• Cak Nur: kami justru banyak belajar dari Muhammadiyah, bagaimana “menawarkan” Islam agar bisa diterima oleh kalangan yang lebih luas, termasuk kalangan elit.
èIslam harus ditempatkan pada posisi yang mudah diterima, dalam “kemasan” yang lebih sophisticated.

Perlu revitalisasi
• KH Ahmad Dahlan dirikan Muhammadiyah untuk merevitalisasi kehidupan keagamaan.
• Semangat yang diusung: bagaimana Islam bisa berkembang lebih cepat dengan dukungan yang lebih luas, terutama dari kalangan elit Jawa.
• Islam harus dikemas lebih baik, agar kesan “medieval rubbish” itu dapat dihilangkan.
• Tanpa itu Islam hanya dianggap sebagai agama kalangan bawah, cerminan dari ketertinggalan dan keterbelakangan.

Surat al-Ma’un…
• Secara internal, upaya revitalisasi itu diwujudkan dengan mengaktualisasikan ajaran Islam dalam realitas kongkrit kehidupan sosial-ekonomi.
• Salah satu landasan teologis yang dia gunakan: Surat al-Ma’un. Meski murid-muridnya sudah hafal dan sudah mengerti maksudnya, KH Ahmad Dahlan masih terus mengajarkannya berulang-ulang, tidak mau pindah ke materi yang baru.
• Akhirnya ada yang memberanikan diri bertanya, mengapa tidak diberikan materi yang baru.

Pokok-pokok ajaran
• Dari Surat al-Ma’un dapat dipetik pelajaran:
– Tidak boleh menelantarkan anak yatim.
– Keharusan menghapus kemiskinan.
– Keharusan memperbaiki kualitas ibadah: tidak boleh melalaikan shalat, harus ikhlas (tidak boleh riyak), bersungguh-sungguh, tidak asal-asalan.
– Keharusan melakukan tindakan kongkrit bagi terwujudnya kesejahteran dan kemakmuran bersama.
– Jika tidak, sama saja dengan mendustakan agama, dan membiarkan Islam kehilangan relevansinya.

Ahl al-Haqq wa’l-Sunnah
• Dalam “Kitab al-Iman” Himpunan Putusan Tarjih disebutkan bahwa Muhammadiyah, dalam bidang aqidah, mengikuti madzhab Salaf dari ahl al-haqq wa’l-sunnah, sebagai lawan dari ahl al-ziyagh wa’l-bida’ (pengikut faham yang menyimpang dan bid’ah).
• Di dalam Tarjih juga ditegaskan bahwa pengikut ahl al-haqq wa’l-sunnah adalah golongan yang akan selamat dari api neraka, berdasarkan janji dari Nabi Muhammad SAW.

Beberapa point penting
• Alam semesta diciptakan oleh Allah dari tiada (creatio ex nihilo), dan akan berakhir dengan kemusnahan (fana’).
• Setiap manusia wajib beriman pada Allah yang telah menciptakan segala yang ada.
• Dia adalah satu-satunya yang wajib ada (wajib al-wujud, the necessary being).
• Dia adalah yang pertama tanpa permulaan dan yang terakhir tanpa kesudahan, dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menyamai-Nya.

Peran rasio
• Rasio harus memainkan peran penting di dalam memahami siapa Tuhan dan bagaimana manusia jalankan kewajiban kepada-Nya.
• Namun, karena kekuatan rasio itu terbatas, maka tak mungkin untuk mengetahui hakekat Tuhan. Hakekat Tuhan melampaui batasan temporal yang melekat pada akal manusia.
• Yang dapat dilakukan akal: merumuskan argumen yang menegaskan keberadaan Tuhan.

Upaya purifikasi: KH. Mas Mansur
• Upaya purifikasi dalam bidang akidah lebih dipertegas oleh KH Mas Mansur (1896-1946).
• Menurut dia, kemunduran umat Islam karena lemahnya iman, kebodohan dan kecenderungan mementingkan diri sendiri.
• Semua bentuk kelemahan ini telah menghambat upaya umat Islam dalam perbaiki nasib mereka, dan sebagai dampak dari kesalahan mereka dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam.

Kembali pada al-Qur’an dan Sunnah
• Umat Islam sendiri banyak yang kurang peduli terhadap kelemahan mereka, bahkan hal itu dipandang sebagai nasib yang tak mungkin dirubah atau dielakkan.
• Mas Mansur minta agar umat Islam mau kembali pada al-Qur’an dan Sunnah untuk menemukan semangat Islam yang sebenarnya dan menjalin kerjasama antara ulama’ dan kaum intelektual demi kepentingan agama, masyarakat dan bangsa.

Perangi kemusyrikan
• Perhatian utama Mas Mansur ialah upaya menyingkirkan unsur-unsur kemusyrikan dari keyakinan umat Islam.
• Memasukkan unsur syirik, baik dalam fikiran maupun perbuatan, sangat merugikan Islam. Inilah akar kelemahan dan keterbelakangan umat Islam.
• Kritik Mas Mansur: Mengapa umat Islam yang mengaku telah mengikuti jalan yang benar dapat dikalahkan oleh musuh-musuh mereka?

Sumber kemusyrikan
• Kemusyrikan bersumber dari kepercayaan bahwa obyek-obyek tertentu dianggap suci dan ikut menentukan kehidupan sehari-hari manusia, seperti:
– Kuburan dan arwah orang yang sudah meninggal.
– Benda-benda aneh yang timbulkan rasa kagum atau takut.
– Praktik pedukunan.

Syirik datangkan kegelapan
• Di akhir uraiannya Mas Mansur tegaskan:
– Tidak selayaknya bagi seorang Muslim untuk minta pertolongan pada setan/jin yang hanya menipu dan membawa pada kesesatan.
– Orang yang minta bantuan pada kuburan, dukun dan tempat-tempat keramat hanya akan menemui kesengsaraan.
– Syirik hanya akan mendatangkan kegelapan dalam hidup manusia.

Doktrin Qada’ dan Qadar
• Pembahasan mengenai doktrin Qada’ dan Qadar di kalangan Muhammadiyah merupakan suatu banchmark tersendiri yang menandai suatu perkembangan baru dalam kesadaran teologis para tokoh persyarikatan.
• Selain dasar-dasar yang telah dirumuskan dalam “Kitab al-Iman” Himpunan Putusan Tarjih, persoalan ini dikembangkan secara lebih serius oleh Malik Ahmad, Hamka, Abd. Rahim Nur, juga H.A. Azhar Basyir.

Dalam Kitab al-Iman
• Di dalam Kitab al-Iman ditegaskan bahwa semua orang Islam harus yakin bahwa Allah telah menciptakan segala yang ada dengan ketentuan dan ukuran yang pasti.
– Allah mengatur segala sesuatu sesuai dengan ilmu, pilihan, hikmah dan kehendak-Nya.
– Tuhan miliki kekuasaan yg mutlak atas makhluk-Nya.
• Semua tindakan manusia telah ditentukan oleh Allah dan dia tidak bisa berbuat apa pun selain berusaha (ikhtiyar).

Cenderung fatalistis?
• Rumusan di atas terkesan lebih dekat pada fatalisme daripada free will, pengakuan akan adanya kebebasan kehendak.
èHal ini barangkali tidak lepas dari dasar pijakan yang dijadikan acuan dalam pengembangan wacana teologi mereka yang tetap setia pada ajaran Asy’ariyah.
• Namun hal itu tidak secara konsisten diikuti atau diteruskan oleh para tokoh Muhammadiyah berikutnya, termasuk HA Malik Ahmad, Hamka ataupun Abd. Rahim Nur.

Haji Abd al-Malik Karim Amrullah
• Menurut Hamka, iman kepada qada’ dan qadar meliputi keyakinan bahwa apa saja yang terjadi pada diri manusia, baik dan buruk, bahagia dan sengsara serta semua yang dialami oleh manusia tidak bisa lepas dari qadar atau ketetapan Ilahi.
– Muncul pertanyaan: Apakah perbuatan manusia secara alamiah bebas atau sudah ditentukan sebelumnya?

Manusia tidak bebas
• Menurut Hamka, pada dasarnya manusia tidak bebas. Semua yang direncanakan belum tentu akan terlaksana kecuali yang dibuat sesuai dengan “rencana besar” yang telah ditetapkan oleh Allah.
– Orang lahir di dunia ini tanpa keinginannya.
– Dia tidak bisa memilih orangtua, keluarga, atau lingkungan sosialnya. Bahkan tanggal lahirnya pun tidak bisa ditentukan sesuai keinginannya.

Qadariyah – Jabariyah
• Hamka mengakui adanya dua faham berbeda dalam teologi Islam: Qadariyah dan Jabariyah.
• Juga ada dua kelompok ayat al-Qur’an yang berikan dukungan kepada kedua faham ini.
– Q.S. 2:20 “Allah berkuasa atas segala sesuatu” tunjukkan kekuasaan Allah yang tak terbatas.
– Jika orang beranggapan bahwa Allah tidak dapat menciptakan kejahatan atau menjadikan orang bodoh atau melarat, berarti dia telah mengecilkan arti kemahakuasaan Tuhan.

Ikhtiyar
• Namun Hamka tidak setuju jika orang berkata bahwa perbuatan jahatnya telah dikehendaki oleh Allah untuk terjadi pada dirinya.
• Hamka berikan solusi dengan mengajukan konsep tentang ikhtiyar (usaha): Sebenarnya manusia memiliki kebebasan dalam melakukan perbuatannya, meski kebebasan itu terbatas.
• Dalam keterbatasan itulah manusia harus lakukan usahanya, agar apa yang ia perbuat sesuai dengan “rencana besar” yang telah ditetapkan oleh Allah.

Jabr – Ikhtiyar
• Hamka tegaskan bahwa ayat-ayat jabr dan ikhtiyar sama-sama benarnya, tidak bisa saling menafikan.
• Ayat ikhtiyar tunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan, tetapi harus diingat bahwa kebebasan itu terbatas, seperti ditunjukkan oleh ayat-ayat jabr.
• Kedua bentuk ayat ini tetap berlaku efektif dalam kehidupan manusia dan dimaksudkan untuk mewujudkan keseimbangan.

Ajaran spiritual
• Kedua aspek jabr dan ikhtiyar ini mewakili bentuk asli pengajaran spiritual dalam Islam:
– Orang mungkin akan jadi sombong dengan keberhasilannya dan akan lupa diri karenanya.
– Dia tidak menyadari bahwa keberhasilannya diperoleh karena berkah dari Allah semata.
– Suatu ketika Allah akan cabut ni’mat yang diperolehnya dan dia akan jatuh sengsara.

Sekedar berkah
• Apa yang diperoleh manusia tidak lebih dari sekedar berkah dari Allah.
• Namun jika ia jatuh ke dalam kesengsaraan dia tidak boleh bersikap apatis, sebab Allah telah taqdirkan bahwa kelengahan orang itu dengan tidak mau menggunakan akalnya secara benar untuk mengatasi problem hidupnya akan membahayakan dirinya.

Tidak jastifikasi infantilisme
• Ayat-ayat jabariyah tidak berikan jastifikasi pada manusia untuk bersikap pasrah atau berperilaku kekanak-kanakan (infantile) dengan hanya mengandalkan perlindungan dari Tuhan.
• Akal yang diberikan Tuhan mengharuskannya untuk tidak bersikap demikian.
• Maka, ayat-ayat ikhtiyar harus dapat mengilhami manusia untuk menciptakan kehidupan yang dinamis.

Signifikansi qada’-qadar
• Apa bedanya kalangan tradisionalis dan modernis dalam mengembangkan wacana teologi?
– Tradisionalis = the otherworldly oriented.
– Modernis = semangat Surat al-Ma’un, wujudkan amal-usaha.
• Pembahasan tentang qada’-qadar berikan landasan kuat bagi pemaknaan ikhtiyar sebagai peluang untuk kembangkan potensi diri umat; berikan semangat hidup dan daya juang dengan membuang semua bentuk kesadaran mitologis.

Pandangan A. Hassan
• Berbeda dengan kondisi di era para Sahabat masa lalu, iman pada qada’ dan qadar bagi umat Islam sekarang telah jadikan orang bersikap pasif dan penakut, tidak berani berjuang demi menjaga martabat dan harga dirinya.
• Orang semakin tidak percaya pada kemampuan dirinya sehingga lebih percaya pada kekuatan magis di tangan para dukun dan paranormal.
è Hal ini tiada lain karena kesalahan mereka dalam memahami hakekat qada’ dan qadar.

Persoalan riil?
• Belakangan ini masih banyak di antara umat Islam yang suka menggunakan hizib, mahabbah, jimat, jasa tukang ramal, dll. untuk memenuhi keinginan mereka. Mereka seolah-olah tak percaya pada kemampuan diri sendiri untuk mewujudkan cita-citanya.
• Apakah mereka masih dapat dikatakan beriman pada qada’ dan qadar?

Tauhid sosial
• Tauhid Sosial yang digagas M. Amien Rais merupakan sebuah upaya untuk tempatkan doktrin Islam, khususnya tentang tauhid, pada perspektif kondisi sosial-budaya umat Islam dalam kerangka ilmu pengetahuan modern.
• Dengan konsep ini M. Amien Rais mencoba formulasikan relevansi doktrin Islam dengan realitas permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.

Rumusan dasar
• Iman pada Allah yang maha esa (tauhid) harus dimanifestasikan dalam upaya menegakkan keadilan sosial.
• Tauhid harus miliki dimensi sosial, dalam pengertian setiap Muslim harus mampu memanifestasikan keimanannya dalam upaya nyata membangun keadilan sosial.

Ketimpangan sosial
• M. Amien Rais sangat besar perhatiannya pada problem ketimpangan sosial, penyimpangan moral dalam perilaku politik yang merata di Tanah Air.
• Untuk atasi persoalan ini umat Islam perlu lakukan reevaluasi terhadap pemahaman mereka tentang tauhid, bahwa keyakinan akan keesaan Tuhan tidak hanya dimanifestasikan dalam kesalehan individu, tapi juga harus diwujudkan dalam kesalehan sosial, guna mendorong terciptanya keadilan sosial.

Masyarakat adil sejahtera
• Konsep tauhid harus dapat menjamin bahwa suatu masyarakat yang adil dan sejahtera dapat dibangun dengan membebaskan warganya dari segala bentuk penghisapan, feodalisme, dan menolak setiap diskriminasi atas dasar perbedaan ras, kelas sosial, warna kulit dan asal keturunan.
è Setiap ajaran ritual dalam Islam (salat, zakat, puasa dan haji) mengandung nilai-nilai sosial.

Peran Muhammadiyah
• Muhammadiyah, dengan doktrin amar ma’ruf nahi munkar, harus dapat berperan dalam upaya menghilangkan kesenjangan sosial dan mewujudkan keadilan sosial.
• Hal ini telah menjadi sumber kreatifitas dan dinamisme Muhammadiyah dan telah menjadi watak dasar dan semangat persyarikatan sejak awal berdirinya.

Perbaiki karakter bangsa
• Mengaca pada Presiden Amerika, Franklin D. Roosevelt (1882-1945), yang berusaha memulihkan kondisi negerinya paska-depresi besar di era 1930-an dengan memperbaiki karakter bangsanya, maka Muhammadiyah perlu merumuskan kembali dasar-dasar pandangan teologisnya yang akan menjadi sendi utama untuk perbaiki karakter bangsa Indonesia.

Modal dasar
• Muhammadiyah memiliki cukup banyak modal berupa rumusan teologis yang telah disusun mulai dari Kitab al-Iman – Himpunan Putusan Tarjih hingga konsep Tauhid Sosial M. Amien Rais.
• Modal dasar itu harus dikembangkan untuk dapat memberikan landasan yang kokoh bagi warga persyarikatan, sehingga mereka siap menjadi uswatun hasanah dalam memperbaiki karakter bangsa tersebut.

Salah satunya,…
• Selain konsep Tauhid Sosial yang menuntun kita untuk mewujudkan keadilan sosial, rumusan teologis itu harus dapat menjadi pilar bagi terciptanya high trust society.
• Intinya, pandangan teologis seseorang harus mampu mendorong dirinya untuk selalu jujur dan dapat dipercaya.
• Keadilan sosial tidak mungkin bisa diciptakan dalam masyarakat yang terbiasa tidak jujur dan tidak dapat dipercaya.

Moral laxity, moral anxiety
• Konsep teologi Asy’ariyah cum Murjiah yang longgar—dan dianut oleh mayoritas umat Islam—cenderung membuat penganutnya lembek, terlalu permisif, termasuk dalam hal moralitas, sehingga hanya menghasilkan ‘moral laxity,’ sebagai lawan dari ‘moral anxiety.’
– Untuk membangun high trust society diperlukan konsep teologi yang rigid dan mampu mendorong orang untuk selalu berkata jujur dan takut berdusta. Konsep teologi seperti ini pula yang sangat diperlukan untuk perbaiki karakter bangsa saat ini.

Theistic subjectivism…
• Dalam teologi Asy’ariah, ukuran baik buruk ditentukan oleh kehendak subyektif sumber hukum (theistic subjectivism), bukan berdasarkan nilai-nilai instrinsik atau obyektif dari perbuatan (rationalistic objectivism).
• Konsekwensinya, hal ini bisa dimanfaatkan untuk mensiasati segala kemungkinan guna melakukan pelanggaran, tidak menghargai norma hukum, dan berpotensi mendorong terciptanya low trust society.

انتهى .....


والحمد لله رب العالمــــــــــين

Tidak ada komentar:

Posting Komentar